
media-independen.com – Jakarta, 1 Agustus 2025 – PT Pertamina (Persero) kembali melakukan penyesuaian Harga BBM bahan bakar minyak nonsubsidi per 1 Agustus 2025. Kebijakan ini diumumkan secara resmi melalui laman MyPertamina dan situs resmi perusahaan. Penyesuaian ini mencerminkan perubahan harga minyak mentah dunia serta nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang memengaruhi biaya operasional dan distribusi BBM di Tanah Air.
Penurunan harga terjadi pada beberapa jenis BBM bensin nonsubsidi seperti Pertamax, Pertamax Turbo, dan Pertamax Green. Sementara itu, BBM jenis diesel seperti Dexlite dan Pertamina Dex mengalami kenaikan harga. Untuk BBM bersubsidi seperti Pertalite dan Biosolar, pemerintah memastikan harganya tetap stabil di seluruh wilayah Indonesia.
Daftar Harga BBM Pertamina per 1 Agustus 2025
Berikut adalah harga terbaru beberapa jenis BBM yang berlaku di wilayah DKI Jakarta dan sebagian besar wilayah lainnya di Indonesia:
-
Pertalite (RON 90): Rp 10.000 per liter (tidak berubah)
-
Biosolar (CN 48): Rp 6.800 per liter (tidak berubah)
-
Pertamax (RON 92): Rp 12.200 per liter (turun dari Rp 12.500)
-
Pertamax Green 95: Rp 13.000 per liter (turun dari Rp 13.250)
-
Pertamax Turbo (RON 98): Rp 13.200 per liter (turun dari Rp 13.500)
-
Dexlite (CN 51): Rp 13.850 per liter (naik dari Rp 13.320)
-
Pertamina Dex (CN 53): Rp 14.150 per liter (naik dari Rp 13.650)
Perubahan harga ini berlaku untuk SPBU Pertamina yang tersebar di seluruh Indonesia, meskipun terdapat sedikit perbedaan harga berdasarkan wilayah atau zona distribusi tertentu. Di wilayah dengan status Kawasan Perdagangan Bebas (Free Trade Zone) seperti Batam, harga BBM tertentu bisa lebih murah dibanding wilayah lainnya.
Alasan Penyesuaian Harga BBM
Pertamina menjelaskan bahwa penyesuaian harga BBM dilakukan secara berkala mengikuti tren harga minyak dunia dan faktor makroekonomi lain seperti kurs rupiah dan biaya logistik. Kebijakan ini sejalan dengan Kepmen ESDM No. 245.K/MG.01/MEM.M/2022 tentang Formula Harga Jual Eceran Jenis BBM Umum.
Dalam pernyataannya, Pertamina menegaskan bahwa pihaknya selalu berupaya menjaga keseimbangan antara keberlanjutan operasional dan daya beli masyarakat. Penurunan harga Pertamax dan Pertamax Turbo, misalnya, memberikan ruang konsumsi lebih besar bagi pengguna kendaraan roda empat dan roda dua yang biasanya menggunakan bahan bakar berkualitas tinggi.
Sementara itu, kenaikan harga Dexlite dan Pertamina Dex terjadi karena peningkatan biaya produksi dan distribusi bahan bakar diesel yang cukup signifikan, seiring dengan tingginya permintaan dan fluktuasi pasar global.
Wilayah dengan Perbedaan Harga
Selain DKI Jakarta, harga BBM di beberapa wilayah lain mengalami variasi kecil, terutama di luar Pulau Jawa dan kawasan timur Indonesia. Berikut ini adalah beberapa contohnya:
-
Batam (Kawasan FTZ):
-
Pertamax: Rp 11.700 per liter
-
Pertamax Turbo: Rp 12.550 per liter
-
-
Sumatera Barat dan Riau:
-
Pertamax Turbo: Rp 13.800 per liter
-
Pertamina Dex: Rp 14.450 per liter
-
Variasi harga ini disebabkan oleh perbedaan ongkos distribusi, infrastruktur pendukung, serta status khusus wilayah seperti Batam yang merupakan zona perdagangan bebas.
Respons Masyarakat
Penyesuaian harga BBM ini menuai beragam respons dari masyarakat. Pengguna kendaraan pribadi menyambut baik penurunan harga Pertamax dan Pertamax Turbo karena bisa mengurangi beban pengeluaran bahan bakar harian. Namun, di sisi lain, kalangan pelaku logistik dan pengusaha transportasi mengeluhkan kenaikan harga Dexlite dan Pertamina Dex yang berpotensi meningkatkan biaya operasional.
Salah satu pengemudi truk di Jakarta menyatakan bahwa kenaikan harga diesel akan berdampak pada biaya pengiriman barang, terutama di sektor logistik jarak jauh. Ia berharap pemerintah memberikan insentif atau solusi jangka panjang agar industri tidak terdampak terlalu besar.
Upaya Pemerintah Menjaga Stabilitas
Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tetap berkomitmen menjaga stabilitas harga BBM bersubsidi. Hingga saat ini, harga Pertalite dan Biosolar masih ditetapkan tetap untuk menjaga daya beli masyarakat berpenghasilan rendah.
Di samping itu, pemerintah terus mendorong diversifikasi energi melalui penggunaan bahan bakar ramah lingkungan seperti Pertamax Green 95. Bahan bakar ini merupakan campuran antara bensin dengan bioetanol, yang bertujuan mengurangi emisi karbon dan ketergantungan terhadap energi fosil.
Kementerian ESDM juga sedang mengkaji skema subsidi tepat sasaran berbasis data penerima yang lebih akurat. Tujuannya agar subsidi hanya dinikmati oleh masyarakat yang benar-benar membutuhkan, bukan oleh kelompok mampu atau industri besar.
Imbauan kepada Konsumen
PT Pertamina (Persero) mengimbau masyarakat untuk selalu memeriksa informasi harga BBM terbaru melalui aplikasi MyPertamina atau situs resmi www.pertamina.com. Hal ini penting agar konsumen dapat mengetahui harga yang berlaku di wilayah masing-masing dan menyesuaikan jenis bahan bakar yang digunakan sesuai dengan kebutuhan kendaraan.
Pertamina juga mengajak masyarakat untuk mulai menggunakan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan guna mendukung transisi energi nasional menuju emisi karbon yang lebih rendah.
Penyesuaian harga BBM oleh Pertamina per 1 Agustus 2025 menunjukkan dinamika pasar energi yang terus berkembang. Penurunan harga bensin nonsubsidi seperti Pertamax menjadi angin segar bagi sebagian besar konsumen kendaraan pribadi. Namun, kenaikan harga bahan bakar diesel perlu menjadi perhatian pemerintah karena dapat berdampak terhadap sektor logistik dan perekonomian secara umum.
Pemerintah dan Pertamina diharapkan terus menjaga keseimbangan antara harga yang terjangkau dan keberlanjutan operasional, termasuk melalui transparansi harga, efisiensi distribusi, serta dorongan penggunaan bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan.