Kepala Perwakilan BI Bengkulu Soroti Mekanisasi Produksi di Bengkulu Yang Masih Rendah

Bengkulu, Media Independen – Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) laksanakan High Level Meeting dalam rangka sinergi dan kolaborasi mendorong penguatan pengendalian Inflasi dan ketahanan pangan di Balai Raya Semarak, Rabu, 18 September 2024.

Disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia, Wahyu bahwa hasil meeting hari ini sangat memuaskan karena kelihatan kebersamaan, guyub sama-sama mengendalikan inflasi, ada istilah tidak ada yang sulit kalau kita solid.

“Saya melihat tadi, cukup banyak inovasi dan langkah-langkah yang sudah diambil Pemprov, TPID Kabupaten Kota dan Provinsi, bersinergi dengan Bank Indonesia, instansi vertikal dengan stakeholder lainnya, tadi bersama-sama membuat program inovasi tidak hanya sekedar pengendalian inflasi yang konvensional tapi sudah mengaplikasikan, mungkin tidak semua baru, kita mengadaptasi dari tempat yang lain, dan mungkin sudah memperbaiki dari kegiatan sebelumnya dan mudah-mudahan hasilnya bisa maksimal,” ungkap Wahyu usai rapat tingkat tinggi yang dihadiri Gubernur Bengkulu, Badan Pangan Nasional, Kemenko Perekonomian dan Akademisi IPB.

Terkait melemahnya daya beli, sambung Wahyu, tadi disampaikan narasumber tentang isu pelemahan daya beli, jika melihat, bahwa komponen inflasi itu ada fole toolfood, core inflation, dan adminser price.

“Core inflation itu sebetulnya merepresentasikan daya beli, karena demind suplynya terlihat dari situ, dengan angka masih 2, sekian sebetulnya terlihat bahwa daya beli kita masih cukup bagus, masih cukup tumbuh dan kita tidak terlalu khawatir variabelnya dari core inflation, dan fungsi Bank sentral itu, menaikan dan menurunkan suku bunga melihat core inflation,” lanjut Wahyu.

Masih dalam penjelasannya, Wahyu menyampaikan bahwa Bank Indonesia pasti memiliki kebijakan untuk mengendalikan inflasi dan daya beli masyarakat.

“Setelah ini kita akan lihat bagaimana kelanjutannya, untuk kebijakan tentu ada jangka pendek, menengah sama panjang, untuk jangka pendek pasti keterjangkauan harga, pasokan masyarakat harus dipenuhi, nanti kita pastikan koordinasi dengan para pihak, pasokannya tersedia setiap pasar, nanti juga oprasi pasar murah akan dilakukan, dan yang lebih fundamental adalah produksi, Bank Indonesia juga punya polusi, ada anggaran yang nanti bisa disinergikan dengan maksimal salah satunya mendorong produksi ini, kita bisa kasih bantuan alat mesin pertanian, sarana prasarana, bibit, hingga pupuk dan lain-lain,” ujar Wahyu.

Menurut pria yang baru menjabat sebagai Kepala Perwakilan Bank Indonesia ini, produksi di Sumatra menjadi hal menarik, dimana Sumatera itu mekanisasinya masih rendah, lebih rendah dibandingkan rata-rata nasional, sehingga 48% produksi itu habis untuk tenaga kerja.

“Kalau kita bisa bantu mekanisasi, sarana prasarana pertanian itu pertama bisa produksinya bisa turun yang kedua produktivitas bisa meningkat, dan kualitasnya bisa lebih bagus. dan kalau dari sisi produksi bisa kita bantu nanti kemudian pasca panen bisa kita bantu, seperti tadi gabah nya bisa kita bantu dan packagingnya bagus dan lain-lain termasuk distribusinya juga bisa lebih efisien, dan lihat data BPS tadi sebagian komoditas biaya produksinya masih terlalu tinggi, nanti dengan beberapa hal tadi bisa lebih baik,” tutup Wahyu.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *