Mendongkrak Pelabuhan Pulau Baai; Antara Fakta dan Solusi

Penulis : Syaiful Anwar.AB
Dosen UNIHAZ Bengkulu

Bengkulu, Media Independen – Pelabuhan Pulau Baai dibangun tahun 1982. Tahun itu banyak yang dilakukan antara lain mendirikan Universitas Bengkulu, Menancapkan keberadaan PTP Perkebunan VII dengan Gerakan menanam karet di Bengkulu Utara dan Bengkulu Selatan, membebaskan Bengkulu dari pelayangan, luar biasa Pak soeprapto gubernur ke tiga Provinsi Bengkulu.

Sekarang dalam tulisan singkat ini diangkat tentang Pelabuhan Pulau Baai. Studi awal Pelabuhan P. Baai dilakukan oleh fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.ketika kami masih di jogja, Pak prapto mengajak kami ke Laboratorium Fakultas Teknik Jurusan sipil UGM, dan disitulah kami tau rencana Pembangunan Pelabuhan Pulau Baai.

Setelah dari laboratorium kami (mahasiswa Bengkulu) malamnya dialog dengan Pak Prapto, begitu sapaan akrap pada beliau.
Pada dialog itu, kami bertanya pada Pak Prapto “kalau Pelabuhan ini jadi dibangun, pertanyaan kami adalah Komoditi apa yang mau diangkut dari Pelabuhan P Baai nanti? Kami tau bahwa Bengkulu tidak ada komoditi yang menonjol selain kopi. Kemudian, kondisi transportasi darat masih sangat jelek., banyak pelayangan, tidak ada jembatan!

Pak Prapto menjawab dengan sangat yakin, dan beliau mengatakan bahwa tahun ini juga (1982), BENGKULU BEBAS pelayangan, Bengkulu mulai Gerakan menanam karet, PTP Perkebunan VII sudah diperintah oleh Pak Harto untuk memulai. Tahap pertama di Ketahun Bengkulu Utara dan Suka raja Bengkulu Selatan.

Penduduk melalui program transmigrasi sudah berlangsung sebagai sumber tenaga kerja.dengan masuknya transmigrasi dibutuhkan lahan sawah, maka dibangun bending Mukomuko dan Bendung seluma dan kuro tidur. Khusus, persawahan ini, belakangan karena saluran irigasi tidak dipelihara banyak alih fungsi lahan! Pada tahun yang sama dirintis jalan tembus Sumatera barat, Sumatera Selatan lewat pagar alam, dan lampung. Khusus jalan tembus Sumatera Selatan dan Lampung, sampai saat ini boleh dikatakan belum nyaman!dilalui.

Fakta sekarang, Pelabuhan P Baai adalah Pelabuhan dengan biaya tinggi, karena sendimentasi ke dalam kolam Pelabuhan sangat tinggi. Hal ini terjadi karena Pemecah gelombang semula hanya 600 meter, baru kemudian ditambah menjadi 1,2 km. Panjang pemecah gelombang menurut studi dari ITB sudah maksimal! Kenyataan sendimentasi tetap tinggi. Oleh karena itu, tidak ada jalan lain harus dikeruk sepanjang waktu!dan inilah yang menyebabkan biaya tinggi!

Apakah karena biaya tinggi Pelabuhan harus berhenti tentu tidak! Maka manajemen Pelabuhan harus meningkatkan volume kegiatan bongkar muat di Pelabuhan harus optimal!Bila optimal, maka dapat menutup biaya operasional dan pemeliharaan Pelabuhan. Sekarang, siapa yang harus menjadi leading sector mendongkrak kinerja Pelabuhan P Baai? Apakah Kementerian Perhubungam, Pelindo (BUMN), atau pemerintah daerah? Pemerintah daerah tentu tidak mungkin, mengurus yang ada saja keteteran, apalgi harus ditambah ngurus Pelabuhan!

Jadi, mendongkrak Pelabuhan P Baai tidak saja semata-mata Pelabuhan saja! Melainkan harus juga terkoneksi dengan Pembangunan jalan dan jembatan menuju lubuk Linggau, Pagar Alam harus kualitas bagus, sekarang sudah dirintis jalan Tol, tapi belum cukup!

Alternatif lain, mungkin perlu dipikirkan pengembangan Pelabuhan Linau, yang merupakan Pelabuhan alam yang cukup baik, mungkin perlu juga disurvey tempat lain yang layak untuk Pelabuhan barang dan komoditi sawit. salam

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *