
media-independen.com – Jakarta, 1 Agustus 2025 – Nama Nikita Mirzani kembali menjadi buah bibir setelah aksi kontroversialnya di ruang sidang Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Artis sensasional ini menolak memakai baju tahanan dan menolak dikembalikan ke Rutan Pondok Bambu usai menjalani sidang lanjutan kasus dugaan pemerasan dan pencucian uang.
Aksi penolakan itu terjadi dalam suasana yang panas. Nikita berdiri dari kursinya, berteriak di depan jaksa, dan bahkan menepis tangan petugas saat diminta mengenakan rompi tahanan berwarna merah muda. Insiden ini terjadi setelah hakim menutup sidang dan jaksa hendak membawanya kembali ke tahanan.
“Jangan Sentuh Saya!”: Nikita Mengamuk di Ruang Sidang
Situasi berubah kacau ketika jaksa penuntut hendak memasangkan rompi tahanan kepada Nikita. Dengan nada tinggi, ia membentak, “Jangan sentuh saya!” sambil menolak keras rompi yang disodorkan. Ia berdiri dengan ekspresi marah, memaksa semua orang di ruang sidang menoleh ke arahnya.
Menurut Nikita, ia tidak pantas diperlakukan seperti kriminal, apalagi sebelum bukti-bukti penting di persidangan diperdengarkan. Ia mengklaim memiliki rekaman audio dan bukti percakapan digital yang mengindikasikan adanya dugaan pengaturan kasus oleh pihak lawan.
Tolak Balik ke Rutan Sebelum Rekaman Dibuka
Bukan hanya soal rompi, Nikita juga menolak tegas untuk kembali ke rutan. Ia bersikukuh bahwa dirinya hanya akan mengikuti proses hukum jika hakim mengizinkan rekaman penting diputar di hadapan publik.
“Saya sudah dikriminalisasi lima bulan. Jangan paksa saya balik ke rutan sebelum rekaman diputar!” teriak Nikita di hadapan majelis hakim.
Rekaman yang dimaksud, menurut pengacaranya, merupakan bukti adanya percakapan antara pihak pelapor dan oknum penegak hukum terkait upaya pengaruh terhadap proses penyidikan. Nikita merasa rekaman ini dapat mengubah arah perkara secara drastis.
Respons Jaksa dan Petugas Keamanan
Jaksa tetap bersikeras menjalankan prosedur. Mereka mengatakan bahwa pemakaian baju tahanan adalah bagian dari protokol pengamanan, bukan bentuk penghinaan. Petugas keamanan pengadilan pun turun tangan setelah situasi memanas, dan akhirnya mengarahkan Nikita keluar dari ruang sidang dengan tetap membawa rompi—namun tidak memaksakan pemakaian.
Latar Belakang Kasus Nikita Mirzani
Kasus hukum ini bermula dari laporan Reza Gladys, seorang pengusaha di industri kecantikan, yang menuduh Nikita melakukan pemerasan. Reza menyebut bahwa Nikita, lewat perantara, menuntut sejumlah uang agar tidak menyebarkan informasi sensitif ke publik.
Nikita kemudian ditetapkan sebagai tersangka pada awal 2025 dan sempat ditahan di Rutan Pondok Bambu. Selain tuduhan pemerasan, ia juga dikenai pasal pencucian uang, karena dana yang diterimanya dianggap memiliki sumber tidak sah.
Sidang Eksepsi yang Ditolak
Pada pertengahan Juli 2025, kuasa hukum Nikita mengajukan eksepsi atau keberatan hukum. Mereka berargumen bahwa penetapan tersangka tidak sah karena tidak sesuai prosedur. Namun, majelis hakim hanya menerima satu dari sebelas poin eksepsi yang diajukan. Sisanya ditolak, dan proses hukum tetap dilanjutkan.
Rekaman Audio Jadi Kunci Sengketa
Bukti yang dimaksud Nikita adalah rekaman percakapan antara pihak lawan dengan beberapa oknum yang diduga terlibat dalam pengaturan jalannya perkara. Meski belum dibuka di persidangan, kuasa hukum Nikita mengatakan akan segera mengajukan permintaan resmi agar rekaman itu bisa dijadikan alat bukti.
Jika disetujui oleh hakim, pembukaan rekaman ini bisa menjadi titik balik bagi pembelaan Nikita. Namun, pihak Reza Gladys justru menantang balik. Mereka menuduh bahwa bukti tersebut fiktif dan hanya taktik untuk mengalihkan perhatian publik.
Pro-Kontra di Masyarakat
Aksi Nikita memicu gelombang reaksi di media sosial. Ada yang mendukungnya dan menyebut ia berani melawan ketidakadilan, tetapi ada pula yang menilainya terlalu dramatis dan tidak menghormati proses hukum.
Tagar seperti #SaveNikitaMirzani dan #RompiTahanan sempat menjadi trending topic di beberapa platform seperti X (Twitter) dan TikTok, menunjukkan betapa terpolarisasinya opini masyarakat.
Persidangan akan dilanjutkan dalam beberapa hari ke depan dengan agenda menghadirkan saksi dari pihak Jaksa Penuntut Umum. Sementara itu, tim kuasa hukum Nikita sedang menyiapkan pengajuan bukti tambahan, termasuk rekaman yang selama ini mereka gembar-gemborkan.
Jika rekaman itu terbukti valid dan sah secara hukum, besar kemungkinan akan terjadi perubahan besar dalam arah perkara. Namun jika sebaliknya, klaim tersebut hanya akan menjadi bumerang bagi pihak terdakwa.
Apakah Nikita Akan Bebas?
Belum ada kepastian soal nasib hukum Nikita. Persidangan akan terus berlanjut, dan agenda mendatang mencakup pemanggilan saksi serta pengujian bukti tambahan, termasuk rekaman yang diperdebatkan itu.
Bila hakim menilai bahwa rekaman relevan dan legal, maka bisa menjadi alat bukti yang menguntungkan Nikita. Namun jika tidak, maka tekanan hukum akan semakin berat.
Kasus Nikita Mirzani bukan sekadar pertarungan hukum biasa. Ia mencerminkan persoalan yang lebih luas: bagaimana selebritas menghadapi proses hukum di tengah sorotan media, serta bagaimana opini publik bisa memengaruhi jalannya persidangan.
Saat ini, Nikita berada di titik kritis. Keputusan untuk menolak kembali ke tahanan menunjukkan bahwa ia benar-benar menaruh harapan besar pada bukti yang ia pegang. Kini publik menanti: apakah rekaman yang dijanjikan benar-benar bisa mengguncang persidangan, atau justru menambah rumit posisi hukumnya?