Pengamat Sejarah Politik Ungkap Petahana Dapat Dikalahkan Dengan Rumus NYM

Bengkulu, Media Independen – Pemilihan Gubernur Bengkulu periode 2024-2029 sudah di depan mata, dan sesuai jadwal Komisi Pemilihan Umum, hari pencoblosan jatuh pada tanggal 27 November 2024 yang akan digelar secara serentak seluruh Indonesia.

Untuk sementara ada beberapa bakal calon Gubernur Bengkulu yang siap untuk maju, mulai dari Petahana Rohidin Mersyah yang akan menggandeng pengusaha ternama di Kota Bengkulu dengan bisnis mobilnya sehingga akrab dikenal dengan Mery Toyota atau sebagian orang memanggil dengan nama Dodo Mery, ada penantang yang maju dari Independen yang saat ini sedang di verifikasi faktual oleh KPU yaitu pasangan Dempo Xler yang masih menjabat sebagai Ketua Komisi 1 DPRD Provinsi Bengkulu dari Partai Amanat Nasional, yang berpasangan dengan Anggota DPD RI dapil Bengkulu, Ahmad Kanedi atau Bang Ken orang-orang biasa memanggilnya, lalu muncul pasangan Helmi Hasan dan Mian yang diusung PAN dan PDI-P, yang merupakan mantan Walikota Bengkulu dua periode dan Bupati Bengkulu Utara dua periode, lalu yang sedang memperjuangkan koalisi partai yaitu Wagub Bengkulu Rosjonsyah.

Menurut Dr. Agus Setyanto, M.Hum yang merupakan Pengamat Sejarah Politik bahwa peluang para penantang petahana, kecenderungan politiknya cukup bagi para penantangnya, karena pada umum petahana sudah menyiapkan bahkan membuat pagar betis dalam merawat lumbung suara.

“Dan lumbung suara bisa bertambah seiring dengan semakin meningkatnya power (kekuasaan). Kekuasaan selalu melekat erat dengan kewenangan. Sementara para penantangnya cenderung terbatas power kewenangannya,” ungkap Agus yang merupakan pecinta onthel ini di sela aktifitasnya, Selasa 30 Juli 2024.

Belum lagi, sambungnya, petahana biasanya memiliki kemampuan kekuatan modal untuk memborong lumbung-lumbung politik dengan mengejar dukungan partai-partai politik, yang diyakini dapat menampung suara.

“Biasanya petahana cenderung merangkap sebagai pimpinan parpol, yang merupakan modal untuk menggerakkan gerbong politiknya,” ungkapnya.

Lebih dalam Agus menyampaikan, bahwa mengaca peristiwa sejarah terjadinya suksesi pemilihan Sultan Mukomuko tahun 1822, pertarungan antara petahana dengan kandidat dari Indrapura dan Sultan Muda. Hasilnya dimenangkan oleh Sultan Inayah Syah (petahana).

“Terlepas dari berbagai intrik politik yang terjadi pada waktu itu. Sultan Inayah Syah sebagai petahana telah memenangkan kontestasi politik sistem demokrasi yang sudah mentradisi dalam Kesultanan Mukomuko pada era kolonial Inggris hingga Belanda,” jelas Agus.

Namun demikian, lanjutnya, ada titik lemah yang bisa dicuri oleh para penantangnya untuk menggembosi lumbung-lumbung suara petahana, yaitu berani bersaing dalam perebutan pasar politik bebas.

“Misalnya dengan membeli bahkan memborong parpol. Peluang yang tak kalah penting adalah merebut suara rakyat baik secara direct maupun in-direct. Ada rumus lama yang masih relevan dan sering dipakai untuk dapat mendulang suara, yaitu rumus NYW (Networking/jaringan,Youth/kaum muda, dan Women/kaum perempuan. Siapkan kandidatnya jika mampu merebut, menguasai jaringan, menguasai kaum muda dan kaum perempuan, itulah yang bakal memenangkan pesta demokrasi,” tutupnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *