Petani Plasma Jadi Korban Akibat Aksi Blokade Forum Masyarakat Bumi Pekal

Bengkulu, Media Independen – Akibat blokade akses jalan menuju PT. Agricinal oleh Forum Masyarakat Bumi Pekal (FMBP) sejak 4 November 2024, para petani plasma sulit untuk menjual Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit. Mereka terpaksa menjual TBS kelapa sawit ke perusahaan pengolahan minyak kelapa sawit (CPO) lain yang jaraknya puluhan kilometer dari lokasi mereka. Kondisi ini memicu keresahan di kalangan petani yang bergantung pada pengiriman hasil panen ke PT. Agricinal.

Ketua Koperasi Perkebunan Makmur Mandiri (KPMM), Abdul Munir mengungkapkan, pemblokiran jalan ke PT. Agricinal telah berlangsung selama lebih dari satu bulan. Hal itu membuat banyak petani plasma kesulitan menjual TBS kelapa sawit.

“Sebulan ini petani kami tidak bisa menjual TBS ke Agricinal. Kami terkendala oleh blokade yang dilakukan oleh FMBP,” ungkap Munir, Kamis 12 Desember 2024.

Menurutnya, kondisi tersebut menyebabkan koperasi yang mengelola penjualan TBS kelapa sawit dari petani plasma mengalami kesulitan keuangan yang serius. Bahkan hingga membuat karyawan koperasi belum menerima gaji selama satu bulan akibat pemasukan yang terhenti.

“Kami sudah mencoba melakukan mediasi dengan pihak FMBP supaya TBS bisa masuk ke pabrik Agricinal. Namun hingga kini, pengiriman buah sawit ke PT Agricinal belum bisa dilakukan. Dan ternyata, kalaupun TBS bisa diolah Agricinal, CPO hasil produksi Agricinal pun tidak boleh dikeluarkan oleh FMBP. Kalau situasi ini terus berlanjut, bagaimana nasib kami? Kami dituntut karyawan, tetapi tidak ada pemasukan,” katanya.

Selain itu, Menurut Munir, para petani plasma juga mulai mempertanyakan alasan pabrik tidak dapat menerima hasil panen mereka. Sebab selama bertahun-tahun, mereka telah menjalin kerja sama dengan PT. Agricinal, namun kini pengiriman terhenti akibat aksi blokade.

“Kami bingung, banyak petani bertanya pada kami, kenapa pabrik tidak bisa memasukkan buah sawit? Kapan masalah ini akan selesai?” keluh Munir.

Munir berharap agar konflik ini segera mendapatkan solusi sehingga aktivitas pengiriman TBS ke PT. Agricinal dapat kembali normal.

“Kami menginginkan masalah ini selesai. Jangan sampai dampak dari konflik ini terus menghancurkan kehidupan petani,” ujar Munir.

Menurut Munir, aksi blokade seperti ini, jika dibiarkan berlarut-larut, tidak hanya merugikan petani tetapi juga mengancam stabilitas ekonomi masyarakat sekitar yang bergantung pada sektor perkebunan kelapa sawit. Lebih lagi petani sawit di wilayah ini rata-rata memiliki keluarga yang harus dinafkahi.

“Aksi blokade itu hanya peduli dengan kepentingan mereka, mana ada mereka peduli dengan petani sawit di sini, mereka blokade jalan menuntut diberikan tanah oleh PT, tapi apa dampaknya petani sawit yang jadi korban atas aksi yang tidak manusiawi itu,” pungkasnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *