Bengkulu, Media Independen – Provinsi Bengkulu, yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatra, memiliki sejarah panjang yang mencerminkan keragaman etnis dan budaya. Nenek moyang masyarakat Bengkulu berasal dari berbagai suku, daerah dan kelompok yang membentuk identitas unik wilayah ini.
Suku Rejang (Renah Sekalawi) : Merupakan salah satu Penduduk Asli Bengkulu
Suku Rejang adalah salah satu suku tertua dan terbesar di Bengkulu, yang dianggap sebagai penduduk asli wilayah ini. Mereka memiliki bahasa dan aksara khas, yaitu Surat Ulu atau Rencong ( Ka ga nga ) yang menjadi salah satu warisan budaya penting. Sejarah Suku Rejang terkait erat dengan migrasi Austronesia ribuan tahun yang lalu, yang menyebar di wilayah Nusantara.
Menurut H. Rolly Gunawan, S.Sos.I, M.HI, seorang budayawan muda Bengkulu, keberadaan Suku Rejang bukan hanya membentuk peradaban sejarah Bengkulu, tetapi juga mencerminkan kebanggaan identitas lokal. “Suku Rejang memiliki kekayaan tradisi dan aksara Surat Ulu (Ka ga nga) yang menjadi bukti tingginya peradaban leluhur kita. Ini adalah salah satu aset budaya yang harus kita jaga dan lestarikan,” ungkapnya.
Pengaruh Kerajaan Majapahit, Melayu Pagaruyung dan Sriwijaya
Pada masa lampau, Bengkulu berada dalam pengaruh Kerajaan kerajaan besar pada masanya seprti, Majapahit, Pagaruyung dan Sriwijaya serta kerajaan-kerajaan Melayu lainnya. Pengaruh ini juga membawa pengaruh keyakinan Hindu-Buddha tua dan tradisi Melayu ke wilayah Bengkulu sebelum akhirnya Islam menjadi agama dan keyakinan mayoritas yang disebar melalui ulama-ulama yang datang dari Arab, aceh, Palembang, Banten dan Pagaruyung
Rolly menambahkan, “Sriwijaya dan Banten berperan besar dalam membentuk budaya maritim di wilayah Bengkulu. Hubungan perdagangan dan budaya dengan kerajaan-kerajaan tetangga membawa pengaruh besar yang masih terasa hingga kini.”
Migrasi Pagaruyung dan Majapahit
Selama berabad-abad, Bengkulu menjadi tujuan migrasi suku-suku dari luar, seperti Pagaruyung dari Sumatra Barat dan pendatang dari Pulau Jawa. Pengaruh mereka terasa dalam tradisi, bahasa, dan seni budaya yang berkembang di wilayah ini.
“Proses migrasi ini menciptakan harmoni budaya yang unik di Bengkulu. Kita bisa melihat bagaimana tradisi Pagaruyung dan Jawa menyatu dengan tradisi lokal tanpa menghilangkan identitas asli masyarakat Bengkulu,” jelas Rolly.
Kolonialisme Inggris dan Perdagangan
Bengkulu juga memiliki sejarah kolonial yang unik. Pada abad ke-16, wilayah ini sempat berada di bawah kendali Inggris (EIC) sebelum diserahkan kepada Belanda (VOC). Periode kolonial ini menciptakan hubungan perdagangan dan interaksi budaya dan tradisi serta corak pemerintahan dengan masyarakat internasional, yang turut memperkaya keragaman etnis serta peradaban kemajuan di Bengkulu.
Keberagaman Suku di Bengkulu Modern
Selain Melayu Bengkulu (pesisir), Suku Rejang, Bengkulu juga menjadi rumah bagi berbagai suku lainnya, seperti:
Suku Serawai, Suku Lembak, Suku Pekal, Suku Enggano, yang menghuni Pulau Enggano di lepas pantai Bengkulu. Bengkulu juga menjadi tempat tinggal bagi kelompok pendatang, termasuk etnis Jawa, Batak, Bugis, Aceh dan Tionghoa, yang membawa kontribusi dalam bidang ekonomi dan sosial serta beragam ilmu pertanian, perdagangan, pengobatan, pertukangan, ukir dan membatik.
Warisan yang Beragam
Keragaman nenek moyang masyarakat Bengkulu mencerminkan sejarah panjang migrasi, perdagangan, dan kolonialisme. Warisan budaya yang beragam ini menjadikan Bengkulu sebagai wilayah yang kaya akan tradisi, seni, dan identitas lokal.
Rolly Gunawan menyimpulkan, “Keberagaman yang kita miliki adalah kekuatan. Sebagai generasi muda, kita memiliki tanggung jawab untuk merawat dan mempromosikan kekayaan budaya ini agar tetap hidup dan menjadi warisan untuk generasi mendatang.”
Dengan akar sejarah yang kuat dan keberagaman yang harmonis, Bengkulu terus melestarikan warisan nenek moyangnya sambil bergerak maju menuju pembangunan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.